Cara Membangun Personal Branding ala Arief Muhammad

Berikut adalah rahasia di balik personal branding Arief yang membantu strategi marketing-nya

Visi Saujadani
Komunitas Blogger M

--

Walaupun beberapa dari kalian mungkin bukan pengikut Arief Muhammad di media sosial, setidaknya kalian bisa jadi familiar dengan tren ikoy-ikoyan yang ramai belakangan ini. Terlepas dari beberapa pihak yang mengaku risih dengan tren ini, gerakan murni berbagi kepada sesama yang digagas oleh Arief ini nyatanya telah membawa dampak positif bagi banyak orang.

Tidak hanya ikoy-ikoyan, orang yang juga merupakan content creator dan creativepreneur ini juga sempat beberapa kali membuat heboh jagat media sosial. Bukan karena tingkah negatif seperti beberapa netizen kebelet terkenal, tetapi justru karena inovasinya yang dianggap unik dan berbeda dari yang lain.

Contohnya yaitu ketika dia melelang mobil Nissan March bekas di kiriman Instagramnya. Siapa sangka, mobil hasil restorasi itu bisa laku seharga 500 juta, jauh lebih tinggi dari harga pasarannya. Belum lagi ketika dia pernah membuat banner ala calon kepala daerah “Siap Menjadi Nomor 1” yang ujung-ujungnya adalah mempromosikan salah satu bisnisnya, dan masih banyak lagi.

Dari itu semua, ada satu hal yang sangat meringankan pekerjaan Arief Muhammad yaitu personal branding. Sesuatu yang tampak mudah untuk dilakukan tetapi faktanya butuh waktu bertahun-tahun untuk membangunnya, bahkan untuk Arief yang dikenal jago membangun ikatan dengan audiensnya sekalipun. Dengan personal branding, dia lebih leluasa untuk berkreasi di bidang kreatif, meningkatkan kredibilitas dan koneksinya, dan tentu menghasilkan pundi-pundi uang.

Sebenarnya, ada banyak faktor yang membuat brand Arief Muhammad menjadi begitu besar. Seperti apa langkah-langkah yang dia rintis dari nol untuk membangun personal branding dan kerajaan kreatifnya? Mari kita coba bedah bersama. Siapa tahu di antara kalian juga ada yang ingin membangun personal branding versi kalian sendiri.

Menentukan Persona Sejak Awal

Salah satu kegiatan krusial di pemasaran (marketing) adalah proses identifikasi, baik itu identifikasi dari internal maupun eksternal bisnis yang dijalankan. Jika digabungkan keduanya, muncul makhluk bernama persona, yaitu bagaimana identitas merek dan ciri khas kita yang mau dibawakan ke hadapan audiens masing-masing.

Tahap itu juga berlaku untuk membangun persona individu. Entah sadar atau tidak, Arief melakukan tahap fundamental dalam serentetan kegiatan marketing yang dia lakukan. Berdasarkan unggahan sehari-harinya di media sosial, bisa disimpulkan kalau persona yang coba dibawakan oleh Arief adalah anak muda sukses yang santai, asyik, dan suka bercanda.

Persona ini sudah Arief bawa sejak lama, bahkan ketika dia bermain Twitter di bawah akun @poconggg. Ketika menulis buku, sifat bercanda dan comedic ini juga dia teruskan di bukunya yang berjudul “Poconggg juga Pocong”. Bedanya hanya waktu itu Arief belum sesukses sekarang, alias hanya mas-mas biasa yang suka asyik berkicau di Twitter. Sampai akhirnya, persona itu tetap lekat di dirinya sampai sekarang.

Dalam menentukan persona, secara umum tidak ada benar atau salah selama apa yang ingin kita bawakan selaras dengan audiens kita. Sama halnya dengan Arief. Berkat persona santai dan suka bercanda yang dia usung, unggahan mobil Porsche Carrera 4s miliknya di Instagram pun tidak akan dianggap sebagai konten pamer harta “betulan” karena konteks bercanda yang sudah lekat secara tidak langsung dari awal.

Rutin Berinteraksi dengan Followers

Perubahan sifat audiens ke arah yang lebih santai membuat semua brand berlomba-lomba untuk lebih interaktif dengan mereka. Tujuannya adalah agar brand mereka tetap bisa relevan dengan audiensnya. Sama seperti brand, figur publik seperti Arief juga mengandalkan interaksi yang personal untuk mempertahankan retensi audiensnya untuk mengikuti konten yang dibuat. Memahami karakteristik audiens kita sangat penting di era digital seperti sekarang ini.

Ditambah lagi, beberapa golongan orang di media sosial semakin gencar untuk mendapatkan perhatian dari sosok yang rutin mereka ikuti kesehariannya. Kalian juga pasti pernah menemukan komentar-komentar lucu untuk mendapatkan social currency yang akhirnya dibalas oleh figur publik yang bersangkutan.

Arief sendiri sering mempraktikkan hal seperti itu. Selain membalas komentar, dia juga cukup rutin mem-pin komentar yang dirasa unik dan lucu. Terkadang dia juga membalas pesan yang masuk dengan mengunggahnya di Instagram Story. Bahkan untuk pengikut yang tidak tertarik memberikan komentar, mereka tetap mendapatkan hiburan dari komentar lucu yang di-pin oleh Arief. Hal-hal kecil seperti inilah yang justru membuat pengikutnya tidak bosan mengikuti konten-konten Arief.

Billboard Arief Muhammad
Image by shitlicious

Kreativitas Era 4.0

Membuat konten viral seakan-akan menjadi tujuan utama bagi beberapa orang, padahal sebenarnya viral sendiri hanyalah bonus. Konten berkualitas-lah yang justru akan memberikan efek jangka panjang kepada kita. Karena perubahan tren dan zaman yang sangat cepat, para kreator wajib memiliki kreativitas di atas rata-rata jika ingin stand-out di antara jutaan konten lainnya.

Dengan statusnya sebagai creativepreneur, Arief mengandalkan kreativitas sebagai jantung dari kegiatan bisnis dan kontennya. Tidak hanya fokus pada “menjadi berbeda”, dia juga mencoba konsisten mempertahankan produk atau kontennya agar tetap berkualitas dan bisa dinikmati dalam waktu yang lama.

Mari kita coba bahas billboard “Siap Menjadi Nomor 1” yang disangka khalayak ramai sebagai kampanye calon kepala daerah. Ini adalah salah satu ide brilian yang memanfaatkan personal branding Arief Muhammad. Ujung-ujungnya, campaign ini bertujuan untuk mempromosikan merek Prepp Studio yang waktu itu baru dia akuisisi.

Selama ini, Arief lekat dengan sebutan “Gubernur Bintaro”, walaupun sebenarnya dia tidak benar-benar menjadi pejabat di daerah tersebut. Dengan memanfaatkan branding yang sudah menempel, dia dan timnya memanfaatkan physical banner yang sudah dianggap usang oleh beberapa orang dan dikombinasikan dengan dunia digital. Hasilnya? Orang-orang banyak mengunggah banner tersebut di media sosial dan promosi merek barunya mendapatkan awareness dan organic share yang sangat tinggi.

Tren kampanye pemasaran lewat billboard pun akhirnya kini tidak lagi dipandang sebelah mata. Bedanya, sekarang brand lebih banyak menggunakan digital billboard berupa LED agar dapat menampilkan visual yang lebih baik, menarik, dan shareable bagi penontonnya.

Selain kampanye tadi, dia pernah menjadi salah satu inisiator dalam membuat jingle untuk bisnis terbarunya, Baso Aci Akang. Kalau dipikir sekilas, apa uniknya membuat jingle untuk suatu merek? Bukannya Dufan dan Hypermart sudah pernah melakukan hal yang sama?

Hal yang menjadikannya berbeda justru adalah titik berat pada produk yang mereka jual, yaitu baso aci. Siapa sangka, produk makanan yang umum kita temui sehari-hari di pinggir jalan sampai tempat makan itu ternyata juga bisa mempunyai jingle sendiri. Terlebih lagi, dia juga menggaet Laelilmanino untuk membuat jingle tersebut, menjadikan proses marketing campaign menjadi lebih segar dan anak muda sekali.

Tidak hanya dalam bisnisnya, kegiatan yang sifatnya sukarela dan senang-senang pun tidak lepas dari tangan kreatif seorang Arief Muhammad. Berawal dari keisengan berbagi makanan untuk pengikut yang membalas Instagram Story Arief lewat Ikoy sebagai asisten pribadinya, dia memanfaatkan besarnya personal brand yang dia miliki dan membuka kesempatan untuk orang dan brand jika ingin ikut berbagi di Instagram Arief. Bahkan sekarang ikoy-ikoyan sudah mempunyai akun Instagram sendiri agar kegiatan berbagi ini bisa terus dilakukan secara rapi dan terorganisasi.

Membangun Kepercayaan Audiens

Salah satu bisnis awal yang dirintis Arief Muhammad adalah Oppai Yakitori, sebuah kuliner jejepangan yang dikemas dengan bentuk street food. Oppai Yakitori juga membawa banyak kenangan tersendiri bagi pengunjung yang pernah datang ke sana, terutama pengikut Arief sejak lama yang merupakan salah satu basis utama konsumen bisnisnya.

Meskipun akhirnya tutup dan Arief pernah mengaku kalau Oppai Yakitori belum sehat secara bisnis, dia terus coba membuka bisnis lainnya dengan belajar dari pengalaman sebelumnya agar menghasilkan produk yang lebih baik lagi. Mempunyai sifat growth mindset dan customer-centric seperti Arief memang sangat dibutuhkan di dunia digital sekarang.

Dari proses belajar itu, lini bisnis lain mulai bermunculan, mulai dari Baso Aci Akang, Billionaire’s Project, Prepp Studio, Cakekinian, CuanCuan, dan masih banyak lagi. Meskipun tidak ada produk yang sempurna di dunia ini, lagi-lagi Arief tetap tidak berhenti belajar agar konsumennya tetap percaya dengan kualitas produk yang bisnisnya hasilkan.

Sebagai influencer sendiri, Arief juga membangun persepsi bahwa dia tidak ingin sembarang endorse suatu barang. Dia sangat selektif memilih barang yang akan dia endorse agar audiensnya mendapatkan informasi barang terbaik, bukan barang yang asal terima dan dapat uang hasil endorse. Toh, dia juga melakukannya hanya untuk bersenang-senang dan membantu bisnis lain agar bisa tumbuh.

Efek yang dihasilkan dari ketatnya persaingan menembus endorsement Arief bagi bisnis adalah mendapatkan kebanggaan dan brand recognition yang tinggi. Berkat keputusan tidak asal pilihnya itu, audiens Arief kerap percaya kalau produk yang dia iklankan memang berkualitas dan akhirnya meningkatkan kunjungan ke lapak brand yang bersangkutan. Banyak pula yang berujung di konversi alias pembelian terhadap produk merek tersebut.

Ngomong-ngomong soal persepsi, ada satu cerita unik di antara banyak cerita lainnya yang menggambarkan betapa melekatnya personal branding Arief Muhammad sebagai orang yang tidak sembarang pilih endorsement.

Cerita ini datang dari akun @monicuan, di mana dia bercerita kalau ada salah satu temannya yang sempat bingung memilih merek calon motor barunya. Setelah melihat Arief bekerja sama dengan Honda untuk salah satu program ikoy-ikoyan, si teman ini langsung memutuskan untuk memilih Honda sebagai merek motor yang akan dia pilih. Inilah contoh kuat brand association yang dimiliki Arief Muhammad atas keputusannya untuk memilih mengangkat produk kualitas jempolan diangkat.

Konsisten dan Otentik

Dua hal ini adalah hal mutlak yang harus dijalankan seorang kreator terutama jika dia ingin bisa tumbuh, sekaligus dua hal yang paling sulit untuk dilakukan. Arief sendiri bukan kreator yang sangat rajin mengunggah video di YouTube seperti Raffi Ahmad, paling tidak ada 2–3 video per minggu di kanalnya. Dia lebih sering membangun personal branding di Instagram yang lebih simpel dan ringkas untuk dilakukan.

Menjadi otentik tidak harus artinya mengunggah foto tanpa adanya filter, tetapi lebih kepada bagaimana kita bisa menampilkan jati diri kita yang sebenarnya dan disampaikan secara menarik. Lagipula, menjadi otentik di tengah dunia tipu-tipu ini seakan menghadirkan suasana baru yang bisa dinikmati oleh pengikut Arief Muhammad. Orang sekarang cenderung lebih menyukai konten yang jujur dan otentik dibandingkan yang dibuat-buat dan terkesan kaku.

Bisa dibilang, Arief Muhammad telah menerapkan teori dan praktik di dunia marketing yang sejalan dengan personal branding yang dia bangun. Baik persona yang dia bawakan maupun karakteristik audiensnya sudah saling klop satu sama lain. Kalau guru mendapat julukan “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, Arief bisa jadi layak mendapat panggilan “S3 Marketing Tanpa Gelar”.

Kalau kalian mau seperti Arief Muhammad, tidak ada cara selain bekerja keras. Coba perlahan buat personal branding yang sesuai dengan karakter kalian dan audiens, ditambah dengan keinginan untuk terus mempelajari tren dunia digital. Jangan malah berharap kaya mendadak dari ikoy-ikoyan.

--

--

Visi Saujadani
Komunitas Blogger M

Write mostly about pop culture; entertainment, digital trend, and sports.