Pengalaman Kuliah di Teknik Geodesi dan Geomatika ITB!
Belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar?
Ketika masih aktif berkuliah, aku selalu ingin berbagi beberapa keping pengalamanku selama berkuliah di Teknik Geodesi dan Geomatika ITB — yang kemudian disebut Geodesi ITB. Banyaknya pengalaman-pengalaman ajaib yang aku alami memotivasi itu semua. Mungkin sekarang saat yang tepat untuk memulainya.
Saat ini, aku telah menyelesaikan semua kewajiban akademik di Geodesi ITB, namun masih berstatus sebagai mahasiswa karena memilih untuk mengundur wisuda. Tiga tahun berkuliah di sini (ditambah satu tahun di Tahap Persiapan Bersama) memunculkan banyak memori yang sayang untuk disimpan sendiri.
Mari kita mulai dari apa itu teknik geodesi dan geomatika. Singkat saja sebagai pengantar. Sederhananya, geodesi dan geomatika mengintegrasikan pengamatan di Bumi dengan penyajian informasi geospasial. Keilmuan ini erat kaitannya dengan istilah-istilah seperti geospasial (segala sesuatu yang berkaitan dengan keruangan di Bumi) dan penentuan posisi. Wujud posisi umumnya digambarkan dalam bentuk koordinat. Nilai koordinat atau data lainnya akan diproses lebih lanjut agar dapat menghasilkan suatu visualisasi yang mengandung informasi. Posisi berperan sebagai pembeda antara teknik geodesi dan geomatika dengan keilmuan lainnya karena akuisisi data posisi yang ditawarkan di sini bersifat global.
Lebih sederhana lagi, bukalah Google Maps. Di sana kalian dapat melihat adanya koordinat, visualisasi objek-objek di atas permukaan bumi (bangunan, jalan, dan lainnya), sampai informasi berapa jarak tempuh dari rumah ke kedai kopi terdekat, bukan? Itulah salah satu aplikasi geodesi dan geomatika yang dekat dengan keseharian kita.
Aku sendiri tidak datang dari kalangan yang sudah terobsesi masuk geodesi sejak lama. Tepatnya, aku lebih terobsesi masuk ITB-nya. Soal jurusannya apa, itu perkara nomor dua. Prinsipku saat itu hanya satu: cari jurusan yang paling bisa kuikuti. Sampai akhirnya aku melihat video ini di YouTube dan menjadikan Geodesi ITB sebagai salah satu pilihan.
Kurikulum Geodesi ITB membagi tahap-tahapnya secara sistematis. Setelah satu tahun dihabiskan di Tahap Persiapan Bersama (TPB), di tahun kedua, kami belajar tentang pilar-pilar yang menunjang semua hal tentang geodesi. Mata kuliah yang diajarkan di antaranya adalah Geodesi Geometrik, Sistem Referensi Geometrik, Statistika Geodesi, Penentuan Posisi, dan lainnya.
Kami dihajar oleh praktik-praktik tentang apa saja yang telah dipelajari sebelumnya dalam bentuk kasus-kasus yang lebih riil, seperti memetakan kebakaran hutan lewat penginderaan jauh, merancang proses pembuatan peta tematik, merancang sistematika pengamatan menggunakan alat Global Positioning System (GPS), dan masih banyak lagi. Di tahun ini pula kami dihadapkan dengan proyek angkatan dari dosen yang dituangkan dalam mata kuliah Kemah Kerja. Kuliah ini dirancang agar mahasiswa dapat merasakan langsung bagaimana proses merancang sebuah pekerjaan pemetaan, mulai dari tahap persiapan, akusisi data, sampai pengolahan dan penyajian data.
Di tahun terakhir, waktu lebih banyak dihabiskan dengan lebih mendalami praktik yang sudah dijalankan sebelumnya agar dapat dihubungkan langsung dengan dunia kerja. Mata kuliah Manajemen Mutu dan Industri Informasi Geospasial adalah buktinya. Di kedua mata kuliah tersebut, kami banyak bersinggungan dengan penjaminan mutu dari produk geospasial dan bagaimana cara memasarkannya.
Untuk menunjang semua kegiatan perkuliahan tersebut, pihak program studi (prodi) menyediakan beberapa fasilitas pendukung, seperti adanya laboratorium geospasial serta laboratorium survey dan pemetaan. Di kedua laboratorium tersebut, kami dapat memanfaatkan berbagai perangkat yang siap untuk mengakuisisi dan mengolah data-data geospasial. Kegiatan praktik juga didukung dengan adanya praktikum di kampus, ekskursi ke Kepulauan Seribu, dan kemah kerja yang lokasinya dapat berubah setiap tahun.
Semua kegiatan perkuliahan tentu erat kaitannya dengan dosen sebagai pengajar dan mahasiswa sebagai peserta didik. Aku sangat takjub ketika mengetahui dosen-dosenku adalah para pakar di bidangnya masing-masing, seperti geodesi satelit, kegempaan, land subsidence, batas laut wilayah, longsor, 3D Modelling, dan lainnya. Publikasi mereka sangat banyak dan sudah beberapa kali dimuat dalam jurnal internasional. Di sini pula aku melihat prinsip padi yang semakin berisi, semakin menunduk. Kepribadian mereka luar biasa humble dan tidak pernah pelit berbagi ilmu. Seringkali bahkan dosen menawarkan untuk berdiskusi di ruangannya apabila ada yang tertarik. Tetapi selayaknya mahasiswa, mengisi perut saat jam kosong kuliah terdengar lebih menarik sekaligus darurat.
Roda kemahasiswaan Geodesi ITB juga senantiasa berputar di bawah panji Ikatan Mahasiswa Geodesi ITB (IMG-ITB). Semua anggotanya dibebaskan untuk memilih apa pun yang ditawarkan oleh organisasi ini, mulai dari rumpun keprofesian, pengembangan anggota, hubungan dengan organisasi lain, sampai hobi. Karena kebetulan aku memiliki minat dalam menulis, aku sempat bergabung dengan redaksi majalah internal dan majalah keprofesian sebagai content writer. Ikatan yang dibangun di sini juga sangat erat. Jarang terlihat adanya gap antarangkatan yang biasanya digambarkan dengan keseganan junior terhadap seniornya. Hubungan yang terjalin sudah seperti layaknya saudara. Kami menjuluki diri kami sendiri sebagai kamerad. Kegiatan kamerad ketika sedang beraktivitas di IMG biasanya disebut ber-IMG, termasuk menginap di sekretariat himpunan (yang kami namai “IMG”).
Uniknya, dosen-dosen cukup sering terlibat dan mendukung kegiatan-kegiatan IMG-ITB. Bisa jadi karena dulu sama-sama pernah berkuliah di Geodesi ITB dan masuk organisasi yang sama. Mereka juga terkadang berbagi pengalaman bagaimana menjalankan ospek yang jauh lebih keras dari era sekarang. Para dosen dan alumni yang sudah senior pun mendapatkan julukan yang mirip seperti anggota aktifnya, yaitu super kamerad.
Jika ditanya apa momen yang paling berkesan selama berkuliah di Geodesi ITB, kurasa jawabannya adalah semua kegiatan. Jawaban ini baru kudapat saat duduk di tingkat akhir. Aku sadar bahwa kuliah adalah tempat terakhir untuk berbuat salah. Justru kesalahan itu harus dibuat sebanyak-banyaknya agar semakin banyak pula pelajaran yang bisa diambil. Ketika kuliah, kesalahan-kesalahan tersebut paling mentok hanya diganjar nilai jelek, pikiran menjadi runyam, dan sebagainya. Ketika kerja, bisa jadi situasinya berbeda karena pekerjaan yang dipegang telah memiliki nilai dan tanggung jawab lebih.
Kuliah di kelas juga menjadi kesempatan untuk mengisi otak dengan informasi sebanyak-banyaknya, apa pun bentuknya. Contohnya, aku sering mempelajari gaya public speaking dosen yang berbeda-beda. Lihat, tidak melulu soal materi kuliah kan?
Sayangnya semua pengalaman ini akan segera masuk ke museum memori. Sudah saatnya aku melangkah lagi ke tempat baru, lingkungan baru, dan orang-orang baru. Halaman lowongan kerja akan dipantau lebih lama dari biasanya. Jalan yang kami pilih juga akan beragam. Setidaknya, ketika kami bertemu kembali nanti, akan ada masa-masa yang dikenang dan indah untuk diceritakan kembali.
Kalau diberi penilaian, berkuliah di Geodesi ITB rasanya layak mendapatkan rating 10/10.